Karena aku .
Silih berganti mereka menghampiriku dan ingin dekat denganku. Merasa nyaman saat bercengkrama, bersenda gurau, saling tukar pikiran dan pendapat denganku. Ku mulai merasa bahwa kita sejalan dan sepemikiran. Dan saat pertama kau bandingkan aku dengan dia, dan kau berkata aku lebih istimewa. Tersenyumku bahagia seakan - akan aku telah juara. Walaupun itu bukanlah yang pertama kalinya ku dengar.
Lagi, semua itu hanya sementara. Aku tau karena ego ku dan selalu lebih memirikan diriku sendiri, kau mulai jenuh dengan hubungan di antara kita. Tak mudah bagiku untuk membuka siapa diriku ini sebenarnya karena aku tau akan tiba saatnya kau akan bosan seperti dia yang dulu pernah dekat. Ragu apakah kau akan tetep bertahan atau akan pergi. Sehari seminggu sebulan setahun dan kemudian mulai hilang. Sangat singkat waktu yang tak membosankan itu, kita tertawa tanpa sebab, bercakap ria hingga lupa waktu, hari - hari kita lewati bersama, menangis bersama jika ada yang terluka. Selalu aku coba untuk menjadi yang terbaik, tapi karena usahaku itulah yang membuatmu salah menilaiku.
Aku hanya ingin menjadi orang pertama yang kau cari saat kau bahagia dan saat kau terluka. Kejujuranku ini yang memaksamu memerankan tokoh yang tidak cocok untukmu. Kau pakai topeng untuk mengelabuiku agar semua baik - baik saja dan tetap sama seperti pertama kaliku kenal. Demi perasaanku kau harus berpura - pura. Aku malu dengan drama yang kita buat, seolah - olah akulah tokoh utama dan kau hanya figuran.
Kebohongan yang selalu kau jamukan kepadaku, dengan sedikit senyuman manis dan ucapan mutiara seolah kau ada di pihakku. Andai aku bisa berkata bukan ini yang aku mau, bukan ini yang ku harap dari jalinan pertemanan kita. Benar sakit ku rasa, tapi apa yang bisa ku perbuat?. Menyalahkan diriku sendiri, hanya itu karena ini memang salahku. tapi dimana si BENAR ?. Kenapa tak dari awal kau katakan jika KITA tidak bisa menjadi KITA. Tak pernah ku untuk memaksamu, menghakimimu, dan meracunimu agar patuh denganku. Saat TIDAK menutupi IYA. Mengerti tak berarti paham, tangis tak berarti iba, senyum tak berarti ikhlas. Selaluku berperasangka baik, tapiku lelah karena terus kau bohongi. Saatku mengadu kepadamu, karena aku pikir kau yang bisa meredamkan gundahku, selalu kau keluarkan kata yang sama agar cepat selesai perbincangan kita. Diam yang aku andalkan, kebohongan juga ikut menyerta. Jangan salahkan aku, ini semua terjadi karena kau yang mengenalkanku dengan palsu. kini muak telah ku rasa, ternyata kau juga sama. Dusta yang kau berikan kepadaku. Waktu yang akan mengakhiri dan tiba saatnya kau menyalahkanku.
Kau pergi..
Tapi aku tak khawatir karena aku tau kau pasti kembali untuk menanyakan kabar dan ... menghakimiku. Tuduh aku sebab dari hancurnya panggung sandiwara kita. Bahwa akulah dalangnya. teriak kesemua orang bahwa aku tersangka utama. Dan wajibku membayar ganti rugi semua waktumu yang telah kau habiskan bersamaku.
Kenapa?
Mengapa?
Aku?
Aku?
benarkah aku?
Dan memangkah aku?
Salakah?
apakah hanya aku yang kau perlakukan seperti ini?
apakah hanya denganku kau tutupi wajahmu dengan topeng?
apakah hanya denganku kau selalu bersandiwara?
apakah hanya aku yang kau nilai buruk?
Silih berganti mereka menghampiriku dan ingin dekat denganku. Merasa nyaman saat bercengkrama, bersenda gurau, saling tukar pikiran dan pendapat denganku. Ku mulai merasa bahwa kita sejalan dan sepemikiran. Dan saat pertama kau bandingkan aku dengan dia, dan kau berkata aku lebih istimewa. Tersenyumku bahagia seakan - akan aku telah juara. Walaupun itu bukanlah yang pertama kalinya ku dengar.
Lagi, semua itu hanya sementara. Aku tau karena ego ku dan selalu lebih memirikan diriku sendiri, kau mulai jenuh dengan hubungan di antara kita. Tak mudah bagiku untuk membuka siapa diriku ini sebenarnya karena aku tau akan tiba saatnya kau akan bosan seperti dia yang dulu pernah dekat. Ragu apakah kau akan tetep bertahan atau akan pergi. Sehari seminggu sebulan setahun dan kemudian mulai hilang. Sangat singkat waktu yang tak membosankan itu, kita tertawa tanpa sebab, bercakap ria hingga lupa waktu, hari - hari kita lewati bersama, menangis bersama jika ada yang terluka. Selalu aku coba untuk menjadi yang terbaik, tapi karena usahaku itulah yang membuatmu salah menilaiku.
Aku hanya ingin menjadi orang pertama yang kau cari saat kau bahagia dan saat kau terluka. Kejujuranku ini yang memaksamu memerankan tokoh yang tidak cocok untukmu. Kau pakai topeng untuk mengelabuiku agar semua baik - baik saja dan tetap sama seperti pertama kaliku kenal. Demi perasaanku kau harus berpura - pura. Aku malu dengan drama yang kita buat, seolah - olah akulah tokoh utama dan kau hanya figuran.
Kebohongan yang selalu kau jamukan kepadaku, dengan sedikit senyuman manis dan ucapan mutiara seolah kau ada di pihakku. Andai aku bisa berkata bukan ini yang aku mau, bukan ini yang ku harap dari jalinan pertemanan kita. Benar sakit ku rasa, tapi apa yang bisa ku perbuat?. Menyalahkan diriku sendiri, hanya itu karena ini memang salahku. tapi dimana si BENAR ?. Kenapa tak dari awal kau katakan jika KITA tidak bisa menjadi KITA. Tak pernah ku untuk memaksamu, menghakimimu, dan meracunimu agar patuh denganku. Saat TIDAK menutupi IYA. Mengerti tak berarti paham, tangis tak berarti iba, senyum tak berarti ikhlas. Selaluku berperasangka baik, tapiku lelah karena terus kau bohongi. Saatku mengadu kepadamu, karena aku pikir kau yang bisa meredamkan gundahku, selalu kau keluarkan kata yang sama agar cepat selesai perbincangan kita. Diam yang aku andalkan, kebohongan juga ikut menyerta. Jangan salahkan aku, ini semua terjadi karena kau yang mengenalkanku dengan palsu. kini muak telah ku rasa, ternyata kau juga sama. Dusta yang kau berikan kepadaku. Waktu yang akan mengakhiri dan tiba saatnya kau menyalahkanku.
Kau pergi..
Tapi aku tak khawatir karena aku tau kau pasti kembali untuk menanyakan kabar dan ... menghakimiku. Tuduh aku sebab dari hancurnya panggung sandiwara kita. Bahwa akulah dalangnya. teriak kesemua orang bahwa aku tersangka utama. Dan wajibku membayar ganti rugi semua waktumu yang telah kau habiskan bersamaku.
Kenapa?
Mengapa?
Aku?
Aku?
benarkah aku?
Dan memangkah aku?
Salakah?
apakah hanya aku yang kau perlakukan seperti ini?
apakah hanya denganku kau tutupi wajahmu dengan topeng?
apakah hanya denganku kau selalu bersandiwara?
apakah hanya aku yang kau nilai buruk?
apakah kau pernah anggap aku benar - benar SAHABAT?
Komentar
Posting Komentar